Kamis, 19 November 2009

SUNAN AD-DARIMI ( 181 H - 255 H

Oleh: M. IDRIS T
A. Pendahuluan
Salah satu Ulama Hadis yang sangat terkenal bahkan karyanya banyak mendapat pujian dari kalangan ulama semasanya adalah ‘Abdullah bin ‘Abdurrahmân ad-Dârimî, yang menjadi rujukan oleh Dr. Arent Jan (A.J.) Wensinck dan merupakan bahagian dari kandungan kitabnya al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi adalah kitab Sunanad-Darimi ini, oleh sebahagian ulama dimasukkan ke dalam kelompok “kitab-kitab hadis standard yang enam“ (al-Kutub as-Sittah).
Argumen yang dikemukakan oleh para ulama dalam menempatkan Sunan ad-Darimi ini pada posisi keenam tersebut adalah karena di dalam sunan ad-Darimi ini hanya terdapat sedikit para perawi yang dikatagorikan da’if, jarang terdapat padanya hadis-hadis yang berstatus munkar dan syaz meskipun di dalamnya terdapat hadis-hadis yang berstatus mursal dan mauquf.
Dalam perjalan sejarah dan perkembangan kitab-kitab hadis, ternyata kitab Sunan ad-Darimi ini kurang dikenal di kalangan umat islam, Hal ini boleh jadi keterbatasan para ulama terdahulu dalam membahas dan memberikan komentar atau syarah terhadap kitab ini.
Dalam makalah ini penulis mencoba mengkaji dan mempelajari tentang biografi, sistematika penulisan dan isi kandungan dan lain-lain yang berhubungan dengan ulama hadis yang lebih dikenal dengan ad-Dârimî ini.
B. Biografi Imam ad-Darimi
Salah satu yang digelar dengan sebutan al-Hâfîzh al-Kabîr dalam ilmu Hadis dan Ilmu-ilmunya adalah ‘Abdullah bin ‘Abdurrahmân bin al-Fadhîl bin Bahram bin ‘Abdusshamad at-Tamîmî as-Samarkandî ad-Dârimî. Beliau lebih dikenal dengan panggilan Imam ad-Dârimî, nama daerah yang dinisbahkan kepada beliau yaitu Dârimî. Kuniyah beliau adalah Abu Muhammad. Beliau dilahirkan pada tahun 181 Hijriah bertepatan dengan tahun wafatnya ulama Hadis di abad ke 2 yang bernama ‘Abdullah bin Mubaraq bin Wâdih al-Hanzholi at-Tamîmî. Berkata Ishâq bi Ibrâhim Al-Warrâq: Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Abdurrahmân berkata: Aku dilahirkan pada tahun dimana wafatnya Ibnu Mubâraq yaitu pada tahun 181 H.
Para ulama Hadis menetapkan katagori tingkatan kepada ulama-ulama terdahulu untuk memudahkan mengetahui masa kehidupan mereka. Ibnu Hajar al-‘Asqalâni dalam bukunya Taqrîbut Tahzîb menjelaskan ada 12 tingkatan (thabaqah) ulama Hadis. Imam Ad-Dârimî termasuk dalam tingkatan (thabaqah) ke 11, semasa dengan Imam Bukhari dan Muslim.
Beliau wafat pada tahun 255 H dalam usia 74 tahun bertepatan pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah) setelah Ashar dan beliau dikuburkan pada hari Arafah bertepatan pada hari Jum’at di kota Marwa.



C. Guru dan Murid Imam ad-Darimi
Dalam perjalanan hidupnya, terutama sebagai seorang ulama hadis, Imam ad-Darimi telah menimba ilmu dari sejumlah guru dan para ulama terkenal yang ditemui selama hidupnya.
Imam Ad-Dârimî belajar kepada syekh-syekh, beliau sangat banyak memiliki guru, diantaranya adalah:
1. An-Nadhr bin Syamîl
2. Abu An-Nadhr Hâsyim bin Qâsim
3. Marwân bin Muhammad Ath-Thâtharî
4. Yazîd bin Hârûn
5. Asyhal bin Hâtim
6. Habbân bin Hilâl
7. Aswad bin ‘Amir
8. Ja’far bin ‘Aun .
Beliau juga banyak memiliki murid-murid yang belajar dan meriwayatkan Hadis dari beliau, diantaranya adalah:
1. Imam Bukhârî (selain dalam Jâmi’ as-Shahîh)
2. Imam Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairî
3. Imam Abu Dâud
4. Imam Tirmizî
5. Hasan bin Shabâh Al-Bazzâr
6. Bindâr
7. Zuhliyyu
8. Abû Zar’ah
9. Abû Hâtim
10. Baqa’ bin Mukhlid
11. ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal
12. Muthîn
D. Komentar dan Pengakuan dari Ulama
Ad-Dârimî adalah al-Hâfizh dalam bidang Hadis, oleh karena itu banyak ulama lain yang semasa dengan beliau yang memuji dan mengakui kemampuan dan kehebatannya.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “ ‘Abdullah bin ‘Abdurrahmân adalah Imam dalam bidang Hadis” . Dalam kesempatan lain beliau berkata kepada seseorang: “ Bergurulah kepada Tuan Guru ‘Abdullah bin ‘Abdurrahmân” dan dia mengulang-ngulangi perkataan itu.
Berkata Ibnu Abi Hâtim dari Ayahnya: “ Beliau adalah Imam pada masanya”.
Abu Hâtim bin Hibbân berkata: “ Beliau adalah Huffâzh yang terpercaya, ahli wara’ dalam beragama, banyak hafalan dan karya, menghidupkan Sunnah di masanya dan menentang para munkirusunnah .

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani berkata: Beliau adalah tsiqah, fâdhil, mutqin . Tsiqah ¬pengertiannya adalah seseorang yang dapat dipercaya perkataannya tidak pernah berdusta dan berkata sia-sia. Fâdhil maksudnya memiliki akhlak yang mulia tidak pernah melakukan yang makruh apalagi yang haram. Mutqin maknanya hafalannya bagus tidak mudah lupa dan tidak pelupa.
Perkataan di atas merupakan hanya perwakilan dari sekian banyak pujian dan pengakuan yang diberikan para ulama di masa beliau. Dari sini dapat kita ketahui bahwa beliau mamang ahli dalam bidang agama terutama dalam bidang Hadis, bahkan beliau bukan hanya mempelajari dan mendalami Hadis akan tetapi membela Hadis dan menghidupkan Sunnah yang pada masa beliau banyak penguasa yang ingin meninggalkannya.
E. Karya Imam ad-Darimi
Sebagai seorang yang ahli dalam ilmu Hadis dan bidang-bidang lain, beliau banyak menulis dalam berbagai disiplin ilmu agama. Banyak ulama menyebutkan bahwa Imam ad-Dârimî memiliki karya selain buku Sunan. Imam az-Zahabi berkata: Imam ad-Dârimî menyusun:
1. al-Musnad
2. at-Tafsîr
3. al-Jâmi’
Namun diantara karya-karya beliau yang sangat berharga dan sampai kepada kita adalah buku Sunan (.al-Musnad).
Perlu kita ketahui bahwa sebahagian ulama bahwa Sunan ad-Dârimî lebih pantas disebut dengan nama musnad. Kalau yang dimaksud musnad adalah bahwa Hadis-hadis dalam buku itu semua bersandar kepada Nabi Saw. tidak jadi masalah, akan tetapi kalau dimaksudkan bahwa buku Sunan disusun menurut abjad nama Sahabat tidak menurtu bab-bab fiqih tentu itu tidak tepat karena buku Sunan disusun sesuai dengan bab-bab fiqih.
F. Sistematika Penulisan Sunan dan Kandungannya
Sunan ad-Dârimî adalah salah satu dari sekian banyak buku-buku Hadis yang sangat berharga dalam dunia Islam. Berkata Mughkathâya: Sesungguhnya Sekolompok Ulama mengatakan musnad ad-Dârimí adalah Shâhîh”.
Ibnu Shalâh menjadikan Sunan ad-Dârimî sebagai salah satu kitab musnad. Kalau yang dimaksud musnad adalah bahwa Hadis-hadis dalam buku itu semua bersandar kepada Nabi Saw. tidak jadi masalah, akan tetapi kalau dimaksudkan bahwa buku Sunan disusun menurut abjad nama Sahabat tidak menurtu bab-bab fiqih tentu itu tidak tepat karena buku Sunan disusun sesuai dengan bab-bab fiqih.
Penilaian ini terjadi mungkin karena Hadis-hadis di dalam kitab Sunan semuanya ada sandarannya (musnadatun), namun kalau seperti ini penilaiannya tidak jadi masalah. Karena Shahîh Bukhâri juga dinamakan musnad jâmi’, karena hadis-hadisnya ada sandarannya bukan karena disusun menurut metode kitab-kitab musnad.
Adapun status Hadis di dalam Sunan ad-Dârimî adalah bermacam-macam, yaitu:
1. Hadis Shahîh yang disepakati oleh Imam Bukhari Muslim
2. Hadis Shahîh yang disepakati oleh salah satu keduanya
3. Hadis Shahîh di atas syarat keduanya
4. Hadis Shahîh di atas syarat salah satu keduanya
5. Hadis Hasan
6. Hadis Sadz-dzah
7. Hadis Mungkar, akan tetapi itu hanya sedikit
8. Hadis Mursal dan Mauquf, akan tetapi ada thuruq lain yang menguatkannya .
Berkata Syekh ‘Abdul Haq ad-Dahlâwî: berkata sebahagian para ulama bahwa kitab ad-Dârimî lebih pantas dan cocok untuk dimasukkan dalam katagori kutubussittah menggantikan posisi Sunan Ibnu Mâjah, dengan alasan:
1. Karena rijâlul hadisnya lebih kuat
2. Keberadaan Hadis Sadz-dzah dan Munkar hanya sedikit
3. Sanadnya termasuk sanad yang âliyah
4. Rijâlul hadisnya tiga orang lebih banyak dalam kitab Sunan ad-Dârimî dari pada dalam Shâhih Bukhâri .


G. Metode Imam ad-Dârimî dalam Menyusun Materi Hadis
Sunan ad-Dârimî terdiri dari dua jilid, 23 kitâb dan di dalamnya terdapat 3503 Hadis. Diawali dengan Muqaddimah yang isinya tentang sejarah Nabi Muhammad Saw., ittibâ’ sunnah, ilmu dan hal-hal lain yang berhubungan dengannya.
Adapun kitâb- kitâb yang ada di dalam Sunan Ad-Dârimî adalah:
1. Kitâb at-Thahârah
2. Kitâb as-Shalât
3. Kitâb az-Zakât
4. Kitab as-Shoum
5. Kitâb al-Manâsik
6. Kitâb al-Adhahâ
7. Kitâb as-Shoid
8. Kitâb ath‘Imah
9. Kitâb asy-Ribah
10. Kitâb ar-Ru’yâ
11. Kitâb an-Nikâh
12. Kitâb At-Thalâq
13. Kitâb al-Hudûd
14. Kitâb an-Nuzur wal Aimân
15. Kitâb ad-Diyât
16. Kitâb al-Jihâd
17. Kitâb as-Sair
18. Kitâb al-Buyû
19. Kitâb Isti’zân
20. Kitâb ar-Raqâiq
21. Kitâb al-Farâid
22. Kitâb al-Washâyâ
23. Kitâb Fadhâ’il Qur’ân
Contoh Hadis dalam Sunan ad-Dârimî
جزء 2 صفحة 78 باب 48 رقم الحديث 1876
باب كيف العمل فى القدوم من منى إلى عرفة ؟
أخبرنا عبيد الله بن موسى عن سفيان عن يحي بن سعيد عن عبد الله بن أبي سلمة الماجشون عن إبن عمر قال: خرجنا مع رسول الله من مني فمنا من يكبر ومنا من يلبي. رواه مسلم فى كتاب الحج, باب 46, رقم 1284.
H. Kitab Syarah Imam ad-Darimi
Penulis belum menemukan buku yang mensyarah Sunan ad-Dârimî ini secara luas dan mendalam. Seperti kitâb Shâhir Bukhâri yang disyarah oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalâni atau Shâhîh Muslim yang disyarah oleh Imam Nawawî. Yang penulis ketahui adalah hanya sekedar tahqîq dengan menjelaskan kata-kata yang asing atau gharî yang dilakukan oleh Dr. Fawwâz Ahmad Zamli dan Dr. Khâlid as-Sab’i al-‘Alamî yang dicetak oleh Dâr ar-Rayyân Litturâts Cairo Mesir pada tahun 1407 H/ 19787 M.



I. Penutup
Demikianlah sekilas tentang biografi dan metode Imam ad-Dârimî dalam menyusun materi Hadis, semoga makalah ini bisa memberikan sumbangan ilmu pengetahuan kepada kita untuk lebih mengetahui kepribadian dan karya-karya ulama dalam bidang Hadis.


















DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Asqalâni, Ibnu Hajar. 2004 M/1425 H. Taqrîbut Tahzîb., Dâr Ibnu Rajab Manshûrah Mesir, Cetakan I

Muhammad Az-Zahabi, Samsuddin. 2003 M/1424H. Siyarul ‘Alâmin Nubalâ, Ash-Safa Cairo-Mesir, Cetakan I

‘Ali Farhat, Muhammad. tt. Dirâsat Fi Manâhijil Muhadditsîn. Cetakan I

bin ‘Abdur Rahmân, ‘Abdullah. Sunan ad-Dârimî, Dâr Kitâb ‘Arabî Beirut Cetakan I 1407 H/ 1987

Katsîr, Ibnu. Bidâyah wan Nihâyah, Dâr Hadis Cairo Mesir, Cetakan 5 Tahun 2003 M

3 komentar:

  1. taks gan..sangat bermanfaat..
    oea gan.. apa ada alasan yang sangat mendasar kenapa imam ad-darimi di masukkan ke dalam kutub tis'ah???

    BalasHapus
  2. @azan Syahrer : Ini tulisan adalah hasil copy paste dari tulisan2 sejenis, yang mana intinya sama saja, dan pertanyaan antum di blog lain juga belum terjawab khan??? kekurangan yang saya lihat adalah tidak dimasukkannya ke kutubusstittah, alasan tersebut tidak pernah ada yang menyinggungnya di blog2 seperti ini. sebaiknya antum tanyakan ke ma'had2 darul hadist terdekat, utamanya di jawa timur di pondok2 NU atau LDII, atau bisa lsg tanya k masyayikh di haramain saat antum umroh / hajji

    BalasHapus